Nama : Farahdina Sumarno
NPM : 32212762
Kelas : 3DD02
"Perencanaan Manajemen Riteal"
Pengertian
Manajemen
Manajemen merupakan suatu proses
perencanaan,pengorganisasian,penggerakkan dan pengendalian atas atas sumber
daya yang dimiliki guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Definisi Manajemen
- Menurut Alex. S. Nitisemito (1992:9)manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain.
- Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni ,engatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnyasecara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu
Meskipun banyak difinisi yang dirumuskan,
tetapi semua definisi tersebut mengacu pada satu pengertian yaitu manajemn
merupakan suatu seni atau suatu proses perencanaan, pengorganisasian.
Pergerakan dan pengendalian atas sumber-sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan yang di tetapkan.
Pengertian Ritel
Ritel adalah suatu kegiatan yang terdiri
dari aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual barang dan jasa
kepada konsumen untuk kepentingan sendiri,keluarga ataupun rumah tangga.
Definisi Retail
- Menurut berman dan evans (2001:3) adalah “retail consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use”
Pengertian dari pernyataan diatas adalah
Retail terdiri atas aktivitas-aktivitas bisnis yang terlibat dalam menjual
barang dan jasa kepada konsumen untuk kepentingan sendiri, keluarga maupun
rumah tangga.
Dari definisi diatas bias dikatakan bahwa
bisnis retail terdiri dari beberapa aktivitas yang saling mendukung dan
mempengaruhi sehingga terjadi kegiatan perdagangan antara pedagang dan
konsumen.
Jadi bisnis retail tidak bisa terdiri dari
satu kegiatan saja.
Setelah mengetahui definisi Manajemen dan
Retail maka bisa dirumuskan manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan
factor-faktor yang berpengruh dalam perdagangan retail, yaitu perdagangan
langsung barang dan jasa kepada konsumen. Factor-faktor yang berpengaruh dalam
bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai
4P.
Pengertian
Manajemen Ritel
Manajemen ritel adalah pengaturan
keseluruhan faktor-faktor yang ebrpengaruh dalam proses perdagangan ritel,yaitu
perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen.
Klasifikasi Ritel
1. Klasifikasi
deskriptif
Pasar ritel dibagi menjadi 2 tipe yaitu
berdasarkan :
a. tipe kepemilikan (type of ownership)
b. tipe keragaman barang yang dijual(type
of merchandise carried)
2. Klasifikasi
strategic
Pasar retel dibedakan berdasarkan strategi
yang digunakan,yaitu :
a. margin/turnover strategy
b.retail price and service strategy
c. strategic group classification
d. gross margin – merchandise type
classification
3. Klasifikasi
tingkat pelayanan
Dibagi menajadi :
a. penjualan eceran swalayan
b. penjualan eceran dengan memilih dendiri
Contoh : toko baju dipasar
c. penjualan eceran dengan penjualan
terbatas
Contoh : toko elektronik
d. penjualan eceran dengan pelayanan penuh
Contoh : toko perhiasan,butik
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Produck dan Promotion
Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini
hendaknya kita harus sudah memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko
kerugian.
sumber : http://sansinto.wordpress.com/2010/02/15/manajemen-ritel/
http://geoeduplanet.blogspot.com/2010/07/pengertian-manajemen-retail.html
1. Gambaran
Umum Tentang Riteal
Pengertian
Retail
Retail
adalah penjualan dari sejumlah kecil komoditas kepada konsumen.
Retail
berasal dari bahasa Perancis yaitu ” Retailer” yang berarti ” Memotong menjadi
kecil kecil” (Risch, 1991 ).
Sedangkan
menurut Gilbert (2003) Retail adalah Semua usaha bisnis yang secara langsung
mengarahkan kemampuan pemasarannya untuk memuaskan konsumen akhir berdasarkan
organisasi penjualan barang dan jasa sebagai inti dari distribusi
Dalam kamus
Bahasa Inggris – Indonesia, Retail bisa juga di artikan sebagai “Eceran”
Pengertian
Retailing adalah semua aktivitas yang mengikut sertakan pemasaran barang dan
jasa secara langsung kepada pelanggan
Pengertian
Retailer adalah semua organisasi bisnis yang memperoleh lebuh dari setengah
hasil penjualannya dari retailing ( lucas, bush dan Gresham, 1994)
Klasifikasi
Retail
Menurut
Pintel dan Diamond (1971), Retail dapat di klasifikasikan dalam banyak cara,
sebagai contoh Retail dapat di kelompokkan sesuai dengan aktivitas penjualan
barang berdasarkan sbb :
- Retail
Kecil
Bisnis
Retail kecil di gambarkan sebagai retailer yang berpenghasilan di bawah $500
pertahun. Pemilik retail pada umumnya bertanggung jawab penuh terhadap seluruh
penjualan dan manajemen.
Biasanya
kebanyakan pemilik toko pada bisnis retail kecil ini dimiliki oleh secara
individu (Individual Proprietorship)
- Retail
Besar
Pada saat
ini industri Retail di kuasai oleh organisasi besar, organisasi tersebut
meliputi : Departemen Store – Chain organization (organisasi berantai),
Supermarket, Catalog Store, Warehouse, Outlet dan Online Store (Toko Online )
Departemen
Store merupakan salah satu dari retailer besar dimana menawarkan berbagai macam
jenis produk / barang, tingkat harga dan kenyamanan dalam berbelanja.
2. SALURAN
PEMASARAN RITEL
Yang
membedakan Retail Multilevel & Retail Konvensional adalah strategi
pemasarannya, strategi strategi yang di implementasikan tujuannya adalah, tidak
lebih tidak kurang yaitu menyediakan produk yang diproduksi dari pabrik kepada
konsumen akhir.
Strategi
yang diaplikasikan oleh Retail konvensional adalah melalui media iklan secara
gencar melalui media massa / radio / televisi. untuk mempromosikan produknya,
oleh sebab panjangnya proses distribusi yang dilaluinya.
Strategi
yang diaplikasikan oleh Retail Multilevel adalah melalui individu per individu,
yang dimana testimoni / positive word of mouth menjadi media promosi utama
Retail Multilevel, terkadang media media lain juga digunakan, tetapi hal cara
promosi yang paling utama tetap melalui individu individu yang dissupport
secara penuh oleh perusahaan ; dapat melalui sampling produk, seminar /
berpromosi pada komunitas komunitas besar dan lain lain. Kedua jenis retail
diatas sama sama memiliki strategi pemasaran yang baik,
Memilih
Saluran Distribusi
Perusahaan
harus mengetahui apa kemauan dan kebutuhan konsumen serta mengetahui cara yang
paling tepat untuk meraihnya. Perusahaan disini harus memiliki orientasi pasar
Ada bebepa
yang perlu dijadikan pertimbangan :
1. Tujuan
Organisasi, kapabilitas serta sumber daya. Perusahaan yang meiliki produk mix
banyak harus sedekat mungkin dengan end usernya dll.
2.
Karakteristik Pasar, geografi semakin jauh jarak maka dibutuhkan perantara yang
banyak juga, ukuran pasara, perilaku konsumenya dll.
3. Attribut
Produk , apa perlu service apa nggak, penyimpanan, ukuran produk , kompleksitas
dll.
4. Pengaruh
lingkungan , seperti tingkat persaingan, teknologi dll Competitio, teknologi
dll.
Ada tiga
tipe startegi distribusi yang bisa kita gunakan :
1.Distribusi
Intensive
Digunakan
untuk produk-produk convenience, dimana produk/ barang perlu tersedia dimana
saja (tersebar luas) serta tungkat utilitasnya tinggi (high replacement).
Disini perusahaan memandang ketersediaan sebagai faktor utama yang mempengaruhi
sales. Strategi ini berarti perusahaan melakukan stocking produk di sebanyak
mungkin. Sebagai contoh adalah soft drink, gum, permen, dll. Produk-produk itu
di jual di toko grosir, pompa bensin sampai warung sebelah rumah.
2.
Distribusi Selektif
Sering
dipakai untuk produk-produk yang termasuk katagori shopping product, ketika
konsumen menghbiskan waktu, membandingkan serta memiliki preferrensi tgertentu
tgerhadap merk. Service terhadap konsumen dianggap sangat perlu. Melalui
selektif distribusi, maka perusahaan menyediakan lebih dari satu, tetapi tidak
banyak distribusor. Beberapa merkTelevisi, furniuture serta small appliance
didistribusikan dengan cara ini..
3.
Distribusi Eklusif
Digunakan
untuk produk-produk yang termasuk dalam katagori specialty product, dimana
koinsumen memiliki preferensi merk yang kuat, frekuensi poembelian produk
jarang serta membutuhkan service tambahan. Dengan cara ini perusahaan memiliki
diustributor yang terbagats serta masing-masing memiliki hak ekslusif untuk
mendistriubuysikan proiduk perrusahaan di wilayahnya masing-masing. Bias
digunaka untuk poroduk-poroduk mobil, pakain ekslusif..
2.
Proses Perencanaan Dan Manajemen Riteal
Dalam
memilih retail store, pembeli mempertimbangkan banyak hal. Faktor yang
diperhatikan adalah yang berkaitan dengan kebutuhan ekonominya. Di lain pihak
kebutuhan emosional (seperti gengsi) juga kadangkala mempengaruhi pilihannya.
Faktor-faktor
ekonomi yang relevan dalam memilih retail store antara lain meliputi:
1. Harga.
Ada retail
store yang memasang harga mati seperti supermarket dan departement store) dan
ada pula yang menetapkan harga fleksibel atau dapat ditawar (seperti discount
store).
2. Kemudahan
Kemudahan
parkir, bisa cepat pergi setelah membayar, dan mudah mencari barang yang
diinginkan (meliputi proses menemukan, membandingkan, dan memilih).
3. Kualitas
produk yang ditawarkan.
4. Bantuan
wiraniaga.
Apakah harus
swalayan, membantu ecara pasif, atau membantu secara aktif.
5. Reputasi
Kejujuran
dan kewajaran dalam jual beli
6. Nilai
yang ditawarkan
Yaitu
perbedaan total customer value dan total customer cost. Total customer value
adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan pelanggan dari produk dan jasa,
meliputi product value (misalnya keandalan, daya tahan/keawetan, unjuk
kerja),
service value (penyerahan barang, pelatihan, instalasi, perawatan, reparasi),
personnel value (kompeten, responsif, empati, dapat dipercaya), dan image value
(citra perusahaan). Sedangkan total customer cost terdiri dari harga yang
dibayarkan,
biaya waktu,
biaya tenaga, dan biaya psikis.
7. Jasa-jasa
khusus yang ditawarkan.
Pengiriman
barang gratis, pembelian kredit dan bisa mengembalikan atau menukar barang yang
sudah dibeli.
2 Proses
Pembuatan Rencana
1.
Menetapkan tugas dan tujuan
Antara tugas
dan tujuan tidak dapat dipisahkan, suatu rencana tidak dapat difrmulir tanpa
ditetapkan terlebih dahulu apa yang menjadi tugas dan tujuannya. Tugas diartikan
sebagai apa yang harus dilakukan, sedang tujuan yaitu suatu atau nilai yang
akan diperoleh.
2. Observasi
dan analisa
Menentukan
factor-faktor apa yang dapat mempermudah dalam pencapaian tujuan (Observasi)
bila sudah diketahui dan terkumpul, maka dilakukan analisa terhadapnya untuk
ditentukan mana yang digunakan.
3.
Mengadakan kemungkinan-kemungkinan
Faktor yang
tersedia memberikan perencanaan membuat beberapa kemungkinan dalam pencapaian
tujuan. Dimana kemungkinan yang telah diperoleh dapat diurut atas dasar
tertentu, misalnya lamanya penyelesian, besarbya biaya yang dibutuhkan
efisiensi dan efektivitas dan lain sebagainya.
4. Membuat
sintesa
Sintesa
yaitu alternatif yang akan dipilih dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dengan
cara mengawinkan sitesa dari kemungkinan-kemungkinan tersebut.
Kemungkinan-kemungkinan yang ada mempunyai kelemahan-kelemahan.
Management
Bay Objective ( MBO )
Pertama kali
diperkenalkan oleh Peter Drucker dalam bukunya The Practice of Management pada
tahun 1954. Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (Management by Result), Goals
management, Work planning and review dan lain sebagainya yang pada intinya
sama.
Management
by objective menekankan pada pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang
efektif, dengan menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun
informal, pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan kembali
atas pekerjaan yang telah dilakukan. Kegiatan MBO singkatan dari management by
objective yaitu proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer
dalam setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau
sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai pedoman bagi
pengoperasian satuan kerja.
Sistem
Management By Objective Yang Efektif
1. Adanya
komitmen para manajer tujuan pribadi dan organisasi, sehingga dia harus
berjumpa dengan bawahannya untuk memberikan penetapan tujuan dan menilainya.
2. Penetapan
tujuan manajemen puncak yang dinyatakan dalam nilai tertentu yang dapat diukur,
sehingga antara manajer dan bawahan mempunyai gagasan yang jelas tentang apa
yang diharapkan oleh manajemen puncak, sehingga dapat diketahui antara individu
dengan tujuan organisasi secara keseluruhan.
3. Tujuan
perseorangan, dimana antara manajer dan bawahan harus merumuskan tujuan bersama
dan tanggung jawab terhadap bagiannya secara jelas guna memahami tentang apa
yang akan dicapai.
4. Perlunya
partisipasi semua pihak, dimana semakin besar partisipasi dari semua anggota,
maka semakin besar tujuan yang akan tercapai.
5. Otonomi
dan implementasi rencana, disini bawahan dan manajer bebas untuk mengembangkan
dan mengimplementasikan program-program pencapaian tujuannya.
6.
Peninjauan kembali prestasi yang dilakukan secara periodik terhadap kemajuan
tujuan.
Kebaikan dan
Kelemahan MBO
Kebaikan :
Kelemahan :
1.
Mengetahui apa yang diharap-harapkan dari organisasi.
2. Membantu manajer
membuat tujuan dan sasaran.
3.
Memperbaiki komunikasi vertikal antara manajer dengan bawahan
4. Membuat
proses evaluasi.
1. Kelemahan
yang melekat pada proses MBO, dalam konsumsi waktu dan biaya yang besar.
2. Dalam hal
pengembangan dan implementasi program-program MBO.
Unsur-unsur
Efektivitas MBO
1. Agar MBO
sukses maka manajer harus memahami dan mempunyai trampilan secara mengetahui
kemanfaatan dan kegunaan dari MBO.
2. Tujuan
merupakan hal yang realistis dan mudah dipahami oleh siapapun juga, sehingga
tujuan ini sering digunakan untuk mengevaluasi prestasi kerja dari manajer,
apakah dia berhasil dalam tugasnya atau gagal.
3. Top
manajer harus menjaga sistem MBO ini tetap hidup dan berfungsi sebagaimana
mestinya.
4. Tanpa
partisipasi semua pihak tidaklah mungkin program MBO ini berjalan, maka semua
pihak harus mengetahui posisinya dalam hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai, umpan balik terhadapnya sangat berguna. Bentuk-bentuk Pembuatan
Keputusan ( Decision Making ) Pembuatan keputusan yaitu proses serangkaian
kegiatan yang akan dilakukan dalam penyelesaian suatu masalah. Pembuatan
keputusan ini dilakukan oleh setiap jabatan dalam organisasi. Manajer akan
membantu keputusan yang berbeda dalam situasi dan kondisi yang berbeda pula.
Bentuk keputusan ini bisa berupa keputusan yang diprogram (Programmed
decisions) atau tidak, bisa juga dibedakan antara keputusan yang dibuat di
bawah kondisi kepastian, resiko dan ketidak pastian. Keputusan terprogram yaitu
keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan atau prosedur yang terjadi
secara rutin dan berulang-ulang. Contoh : penetapan gaji pegawai, prosedur
penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang kepegawaian dan sebagainya.
Keputusan tidak terprogram (non-programmed decisions), yaitu keputusan yang
dibuat karena terjadinya masalah-masalah khusus atau tidak biasanya. Contoh:
pengalokasian sumber daya-sumber daya organisasi, penjualan yang merosot tajam,
pemakaian teknologi yang termodern, dan lain sebagainya. Keputusan dengan
kepastian, resiko dan ketidak-pastian, ini tergantung dari beberapa aspek yang
tidak dapat diperkirakan dan dipastikan sebelumnya, seperti reaksi pesaing,
perubahan perekonomian, perubahan teknologi, perilaku konsumen dan lain
sebagainya. Oleh karena itu ini terbagi dalam tiga jenis situasi, yaitu :
Kepastian (certainty), yaitu dengan diketahuinya keaaan yang akan terjadi
diwaktu mendatang, karena tersedianya informasi yang akurat dan responsibility.
Resiko (risk), yaitu dengan diketahuinya kesempatan atau probabilitas setiap
kemungkinan yang akan terjadi serta hasilnya, tetapi informasi yang lengkap
tidak dimiliki oleh organisasi atau perusahaan. Ketidak pastian (uncertainty),
dimana manajer tidak mengetahui probabilitas yang dimiliki serta tidak
diketahuinya situasi yang akan terjadi diwaktu mendatang, karena tidak
mempunyai informasi yang dibutuhkan. Umumnya ini menyangkut keputusan yang
kritis dan paling menarik.
Proses
Pembuatan Keputusan
1. Pemahaman
dan Perumusan Masalah Manajer harus dapat menemukan masalah apa yang sebenarnya,
dan menentukan bagian-bagian mana yang harus dipecahkan dan bagian mana yang
seharusnya dipecahkan.
2.
Pengumpuland an Analisa Data yang Relevan Setelah masalahnya ditemukan, lalu
ditentukan dan dibuatkan rumusannya untuk membuat keputusan yang tepat.
3.
Pengembangan Alternatif Pengembangan alternatif memungkinkan menolak
kecenderungan membuat keputusan yang cepat agar tercapai keputusan yang
efektif.
4.
Pengevaluasian terhadap alternatif yang digunakan Menilai efektivitas dari
alternatif yang dipakai, yang diukur dengan menghubungkan tujuan dan sumber
daya organisasi dengan alternatif yang realistic serta menilai seberapa baik
alternatif yang diambil dapat membantu pemecahan masalah.
5. Pemilihan
Alternatif Terbaik Didasarkan pada informasi yang diberikan kepada manajer dan
ketidak sempurnaan kebijaksanaan yang diambil oleh manajer.
6.
Implementasi Keputusan Manajer harus menetapkan anggaran, mengadakan dan
mengalokasikan sumber daya yang diperlukan, serta memperhatikan resiko dan
ketidak puasan terhadap keputusan yang diambil. Sehingga perlu dibuat prosedur
laporan kemajuan periodic dan mempersiapkan tindakan korektif bila timbul
masalah baru dalam keputusan yang dibuat serta mempersiapkan peringatan dini
atas segala kemungkinan yang terjadi.
7. Evaluasi
atas Hasil Keputusan Implementasi yang telah diambil harus selalu dimonitor
terus-menerus, apakah berjalan lancar dan memberikan hasil yang diharapkan.
Keterlibatan
Bawahan Dalam Pembuatan Keputusan Keterlibatan bawahan dalam pembuatan
keputusan dapat bersifat resmi missal dengan pembuatan kelompok, bisa juga
bersifat tidak resmi missal dengan meminta gagasan dan saran-saran. Pembuatan
keputusan yang didasarkan pada sifat formal lebih efektif karena banyak
masukan-masukan pengetahuan yang lainnya. karakteristik situasi keputusan dan
gaya pembuatan keputusan manajemen akan mempengaruhi dan menentukan apakah
pembuatan keputusan dilakukan secara kelompok atau tidak. Metode Kuantitatif
Dalam Pembuatan Keputusan Operasi organisasi semakin komplek dan mahal,
sehingga semakin sulit dan penting manajer dalam membuat rencana dan keputusan.
Untuk itu diperlukan bantuan berbagai teknik dan peralatan kuantitatif. Teknik
dan peralatan kuantitatif pembuatan keputusan dikenal dengan nama teknik
management science dan operations research. Riset operasi menggambarkan,
memahami, dan memperkirakan perilaku berbagai sistem yang komplek dalam
kehidupan manusia. Tujuannya menyediakan informasi yang akurat.
Sumber : www
anneahira.com
2.sejarah/latar
belakang manajemen ritel
Latar
Belakang
Bisnis ritel
merupakan salah satu usaha yang memiliki prospek cukup baik. Teruatam jika
mengamati jumlah populasi penduduk Indonesia pada tahun 2010 yang diperkirakan
mencapai kurang lebih 220 juta jiwa. Alhasil, rasio keberadaan ritel khusunya
ritel modern apabila diabdingkan dengan total penduduk Indonesia masih
menunjukkan kesenjangan yang cukup besar (satu ritel masih harus melayani
500.000 jiwa).
Keberadaan
ritel-ritel tradisional memang masih cukup diperlukan dalam konteks melayani
segmen ekonomi bawah. Namun kemajuan teknoligi dan tuntutan kebutuhan konsumen
yang terus meningkat menjadi pendorong adanya perubahan orientasi bisnis dalam
lingkup bisnis ritel. Jika pada awalnya banyak bisnis ritel yang cukup dikelola
secara tradisional, tanpa dukungan teknologi yang memadai, tanpa pendekatan
manajemen modern dan tanpa berfokus pada kenyamanan dan keinginan untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
Pergeseran
pola perilaku belanja pelangan yang terdeteksi dari sejumlah studi yang
dilakukan menunjukkan bahwa aktivitas belanja pelanggan tidak hany dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan akan barang-barang keperluan hidup, namun lebih
mengarah pada terpenuhinya kebutuhan untuk berekreasi dan berelasi. Kondisi
inilah yang mendorong bisnis ritel tardisional mulai harus peka menaggapi
kebutuhan pelanggan yang belum terpemuhi (un met need) jika mereka ingin tetap
bertahan hidup dalam lingkungan persaingan bisnis ritel yang semakin tajam.
Bekal pemahaman terhadap konsep-konsep pengelolaan ritel modern sangat penting
untuk dipahami, mengingat kegagalan dalam pengelolaan akan menumbulkan resiko
kerugian yang cukup besar. Sedangkan jika seorang pelaku bisnis ritel tetap
bertahan dengan pengelolaan ritel secara tradisional tidak memungkinkan untuk
memiliki keunggulan kompetitif yang berkelanjutan bila dihadapkan dengan
semakin banyaknya ritel-ritel modern yang dikelola dengan modal yang cukup
besar maupun terjadinya perubahan pola belanja konsumen yang mempunyai
konsekuansi terhadap berubahnya kebutuhan mereka terhadap keberadaan sebuah
ritel seperti yang telah dijelaskan di atas.
Pengelolaan
ritel modern skala besar dan kecil membutuhkan kesiapan pengelola dalam arti
Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pengetahuan, ketrampilan (baik soft
maupun hard skill) dalam hal manajerial ritel modern dan sekaligus kepekaan
dalam melihat peluang agar dapat memiliki kompetensi untuk bertahan dalam
bisnis ritel (continous competitive advantage).
Untuk itu,
dipandang penting untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan di bidang
manajemen ritel yang akan menambah kesiapan pengelola ritel tradisional maupun
ritel modern pada umumnya dalam mengimplementasikan semua pengetahuan dan
konsep manajemen ritel modern secara terintegrasi khususnya bagi kesiapan dalam
mengelola bisnis ritel modern slaka kecil dan menengah secara mandiri maupun
apabila terjun sebagai bagian dari manajemen suatu perusahaan ritel skala
menengah dan besar.
Tujuan
Tujuan yang
ingin dicapai Lembaga Pengembangan Manajemen Fakultas Ekonomi Unika Widya Mandala
urabaya Kajian Manajemen Ritel adalah: Mengembangkan Sumber Daya Manusia bidang
Manajemen Ritel yang berpengetahuan, berkemampuan dan berkeahlian melalui:
1. Pemberian
pengetahuan tentang dasar-dasar penting secara praktek untuk memulai bisnis
ritel modern skala kecil dan menengah
2. Pemberian
kita-kiat untuk meminimumkan resiko gagal dalam memasuki bisnis ritel modern
3. Menambah
peluang sukses memulai dan bertahan dalam bisnis ritel modern
4.
Memberikan referensi penting untuk sukses dalam bisnis ritel modern
5. Menyusun
strategi untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis ritel modern
6.
Memberikan pedoman dalam pembuatan rencana kerja dalam bisnis ritel modern
Sasaran
Para
pengusaha kecil dan menengah yang berkeinginan terjun dalam bisnis ritel
sebagai:
1. Pemula
dalam bisnis ritel modern skala kecil dan menengah secara mandiri
2. Tenaga
yang akan bergabung dala operasional perusahaan ritel modern skala kecil dan
menengah
3. Pelaku
bisnis ritel tardisional kecil dan menengah yang berkeinginan untuk mengembangkan
diri
4. Tenaga
yang akan bergabung dalam manajerial perusahaan ritel modern skala kecil dan
menengah pada tingkatan supervisor/penyelia
2. Para
pengusaha ritel tradisional kecik dan menengah yang menjadi binaan suatu
lembaga/institusi/organisasi lembaga swadaya masyarakat
Bidang
Kompetensi
Pelatihan,
penelitian dan konsultasi dalam bidang Manajemen Ritel, meliputi:
1.
Perencanaan Bisnis Ritel (Retail Business Plan)
2. Audit
Ritel Manajemen
3.
Perencanaan dan Penyusunan Strategi Pemasaran Ritel
4. Pengelolaan
Barang Dagangan (Merchandise Management)
5.
Pengelolaan Operasional Toko (Store Operation) Kiat Sukses Mengeloal Ritel
Modern Skala Menengah dan Kecil (memulai dan mampu bertahan dalam era
kompetisi)
6.
Pergeseran Paradigma Pengelolaan Ritel Tradisional menuju Paradigma Ritel
Modern
7. Analisis
Perilaku Belanja Konsumen
8. Retail
Mix (Bauran Ritel)
9.
Pengelolaan Loss Prevention
10. Studi
Kelayakan Bisnis Ritel
Tenaga
Pendukung
PPAB – FE
UKWMS Kajian Manajemen Ritel didukung oleh tenaga-tenaga profesional yang
berkemampuan dan berpengetahuan:
1. Dr. Ch.
Whiya Utami (Marketing in Retail Business & Service Management)
2.
Margaretha Ardhanari, SE., M.Si. (Loss Prevention & Retail Merchandise
Management)
3. Veronika
Rachmawati, SE., M.Si. (Consumer Behavior & Marketing Stategic in Retail
Business)
4. Diyah
Tulipa, SE., M.Si. (Store Operation Management & Financial Management in
Retail Business)
5. Elisabeth
Supriharyanti, SE., M.Si. (Inventory & Operation Management in Retail
Business)
6. Aries
Heru, SE., M.Si. (System Information and Financial Management in Retail
Business)
7. Expert
Team from PT Matahari Putra Prima
3.
Klasifikasi Ritel
1.
Klasifikasi deskriptif
Pasar ritel
dibagi menjadi 2 tipe yaitu berdasarkan :
a. tipe
kepemilikan (type of ownership)
b. tipe
keragaman barang yang dijual(type of merchandise carried)
2.
Klasifikasi strategic
Pasar retel
dibedakan berdasarkan strategi yang digunakan,yaitu :
a.
margin/turnover strategy
b.retail
price and service strategy
c. strategic
group classification
d. gross
margin – merchandise type classification
3.
Klasifikasi tingkat pelayanan
Dibagi
menajadi :
a. penjualan
eceran swalayan
b. penjualan
eceran dengan memilih dendiri
Contoh :
toko baju dipasar
c. penjualan
eceran dengan penjualan terbatas
Contoh :
toko elektronik
d. penjualan
eceran dengan pelayanan penuh
Contoh :
toko perhiasan,butik
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap bisnis ritel adalah 4P yaitu Place,Price,Produck dan
Promotion Oleh karena itu sebelum memulia bisnis ini hendaknya kita harus sudah
memahaminya dengan benar untuk memperkecil resiko kerugian.
SUMBER-SUMBER
:
http://ndiindi.blogspot.com/2012/03/tugas-1-softskills.html
http://febrysd.blogspot.com/2013/05/bab-1-perencanaan-dan-manajemen-ritel_2.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar